Jenis Tanah Berdasarkan Proses Pembentukan dan Tingkat Kesuburan di Indonesia
Daftar Materi Geografi
Tanah di Indonesia sangat subur karena banyak gunung api, juga pengaruh iklim. Pembentukan tanah di Indonesia beraneka ragam, baik oleh gunung api, pelapukan, erosi, dan pengendapan sehingga menghasilkan jenis tanah yang beraneka ragam pula.
1. Tanah Sebagai Lahan Potensial
Sebagai sumber daya alam fisik, tanah berperan penting bagi kehidupan, yaitu:
1) Digunakan untuk tempat tinggal dan melakukan kegiatan;
2) Tempat tumbuhnya vegetasi yang berguna bagi manusia;
3) Mengandung barang tambang atau bahan galian.
Susunan lapisan tanah ke arah vertikal (dari atas ke bawah) adalah sebagai berikut.
Lapisan tanah atas (top soil) merupakan bagian utama bagi kehidupan tumbuh –tumbuhan. Tanah terdiri dari komponen –komponen mineral (45%), bahan organik (15%), air (20 -30%), dan udara (20-30%). Adapun faktor –faktor yang mempengaruhi kemampuan tanah di lahan tertentu adalah sebagai berikut.
1) Tekstur tanah, yaitu perbandingan relatif berbagai golongan besar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi –fraksi seperti pasir, debu, dan lempung.
Berdasarkan ukurannya (diameter butiran), partikel tanah dikelompokkan menjadi tiga fraksi, yaitu fraksi pasir, fraksi debu, dan fraksi lempung (termasuk geluh). Butir –butir tanah atau batuan yang berdiameter di atas 2 mm, disebut gravel (tidak termasuk fraksi tanah). Jika tanah hanya terdiri dari butiran –butiran pasir, maka tekstur tanah itu kasar.
Jika unsur tanah terdiri dari lempung maka tekstur tanah itu sangat halus. Tekstur tanah yang sangat baik untuk pertanian adalah geluh (tanah yang lekat). Tekstur tanah yang baik untuk pembuatan keramik, bata, dan genting adalah fraksi lempung.
2) Permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air), yaitu cepat atau lambatnya air meresap ke dalam tanah melalui pori –pori tanah, baik ke arah horizontal maupun vertikal. Cepat atau lambatnya perembesan air ditentukan oleh tekstur tanah. Semakin kasar tekstur tanah, semakin cepat perembesan airnya.
3) Kedalaman (solum tanah), yaitu menunjukkan berapa tebal tanah diukur dari permukaan sampai ke batuan induk bumi. Lahan yang baik adalah lahan yang mempunyai solum tanah yang dalam. Daerah dengan solum tanah yang dalam mempunyai drainase yang baik, tekstur yang halus, kemiringan lereng 1-2%, tingkat erosi rendah, dan dapat diusahakan secara intensif tanpa bahaya.
Sebaliknya, daerah dengan solum tanah yang dangkal mempunyai drainase yang buruk, tekstur tanah sangat halus atau kasar, berlereng curam, tingkat erosi tinggi, dan jika diusahakan kurang baik karena banyak hambatan.
4) Kemiringan lereng, yaitu menunjukkan derajat atau prosen kecondongan lereng dari garis datar di suatu tempat. Daerah yang baik, kemiringannya adalah 1-2% untuk diusahakan bagi kehidupan.
5) Keadaan erosi, yaitu menyangkut jumlah partikel –partikel tanah yang terpindahkan disebabkan oleh pengikisan.
6) Drainase (penyaluran air), yaitu pengeringan air yang berlebihan pada tanah, mencakup proses pengaturan dan pengaliran air yang ada dalam tanah atau permukaan tanah yang menggenang.
2. Jenis –jenis Tanah
a. Tanah Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH bermacam –macam, kesuburan sedang hingga tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah cekungan (depresi). Ciri khas tanah aluvial adalah butirannya lepas-lepas.Tanah aluvial bersifat subur berasal dari sedimen lumpur yang dibawa oleh air sungai.
Tanah aluvial banyak terdapat di Kalimantan Selatan dan Tengah, Papuab agian selatan, Sumatra bagian timur, dan Jawa bagian utara. Tanah ini cocok ditanami padi, palawija, tembakau, tebu, sayuran, kelapa, dan buah –buahan. Jenis tanah endapan adalah tanah endapan laterit, tanah endapan pasir, dan tanah endapan vulkanis.
b. Tanah vulkanis
Tanah vulkanis adalah tanah hasil pelapukan bahan padat dan bahan cair yang dikeluarkan oleh gunung berapi. Tanah tersebut sangat subur. Banyak daerah pertanian diusahakan di daerah vulkanis. Termasuk ke dalam jenis tanah ini adalah tanah andosol (tanah pegunungan) yang berwarna hitam, gembur, serta mudah diolah dengan tingkat kesuburan tinggi.
Tanah vulkanis sangat subur, karena berasal dari abu gunung api (abu vulkanis).Tanah ini sangat baik untuk pertanian, banyak terdapat di Jawa (Garut dan Bandung), Bali, dan Sumatra (di sekitar Danau Toba). Sifatnya mudah meresap air, tetapi daya menahan air sangat kurang sehingga mudah tererosi.
c. Tanah humus (bunga tanah)
Tanah humus adalah tanah hasil pelapukan tumbuh –tumbuhan (bahan organik). Tanah humus ini sangat subur karena banyak mengandung unsur hara dan cocok untuk lahan pertanian, warnanya kehitaman. Tanah jenis ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
d. Tanah organosol (tanah gambut)
Tanah gambut adalah tanah yang berasal dari bahan organik yang selalu tergenang air (rawa). Sedikitnya kandungan unsur hara dan peredaran udara didalamnya yang tidak lancar, menyebabkan proses penghancuran tanah menjadi tidak sempurna.
Tanah jenis ini kurang baik untuk pertanian. Tanah ini digunakan untuk persawahan pasang surut, tambak ikan dan udang, serta hutan bakau.Tanah gambut terdapat di daerah pasang surut, misalnya, di Papua bagian barat, Sumatra bagian timur, Kalimantan Barat, Jawa, pantai barat Sumatra, dan pantai Kalimantan Timur.
Tanah ini mempunyai ciri warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debu –lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah.
Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah gambut dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1) Gambut ombrogen: terletak di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan 0.5 – 16 meter, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hampir selalu tergenang air, bersifat sangat asam. Contoh penyebarannya di daerah dataran pantai Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya (Papua).
2) Gambut topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawa –rawa di daerah dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawa, ketebalan 0.5–6 meter, bersifat agak asam, kandungan unsur hara relatif lebih tinggi. Contoh penyebarannya di Rawa Pening (Jawa Tengah), Rawa Lakbok (Ciamis, Jawa Barat), dan Segara Anakan (Cilacap, Jawa Tengah).
3) Gambut pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum). Contoh penyebarannya di Dataran Tinggi Dieng.
Berdasarkan susunan kimianya tanah gambut dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
1) Gambut eutrop, bersifat agak asam, kandungan O2 serta unsur haranya lebih tinggi.
2) Gambut oligotrop, sangat asam, miskin O2, miskin unsur hara, biasanya selalu tergenang air.
3) Gambut mesotrop, peralihan antara eutrop dan oligotrop.
e. Tanah podzolik merah kuning
Tanah ini bersifat basa jika terkena air dan mengandung kuarsa. Tanah ini terdapat di pegunungan, seperti Nusa Tenggara dan biasanya dimanfaatkan untuk berladang, tanamannya kopi, karet, dan teh.
Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/tahun. Tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering.
f. Tanah Kapur
Tanah kapur adalah tanah yang berasal dari batuan kapur meskipun tidak subur, tetapi masih dapat ditanami, misalnya, pohon jati. Daerah persebarannya di Blora, Pegunungan Kendeng, dan Pegunungan Seribu, Yogyakarta. Sifatnya cepat meresapkan air, dapat larut oleh air hujan, dan tanahnya tidak subur.
g. Tanah Pasir
Kadar air tanah pasir sangat sedikit, tanah ini sangat miskin unsur haranya. Tanah pasir berasal dari batu pasir yang telah melapuk, banyak terdapat di pantai –pantai yang disebut sand dune (bukit pasir). Contohnya di Pantai Parangkusumo, Yogyakarta.
h. Tanah laterit
Tanah laterit adalah tanah yang terjadi karena suhu udara tinggi dan curah hujan tinggi, mengakibatkan berbagai mineral yang dibutuhkan oleh tumbuh –tumbuhan larut dan meninggalkan sisa oksida besi dan aluminium.Tanah ini disebut tanah merah karena memang berwarna merah. Tanah laterit terdapat di beberapa wilayah di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan Barat.
Kadar bahan organiknya juga rendah akibat proses erosi dan pencucian yang berlangsung dalam waktu yang lama. Vegetasi yang biasa tumbuh di atas tanah laterit, antara lain rumput dan alang –alang. Jenis tanah ini tersebar di daerah Banten, Kalimantan Barat, dan Pacitan.
i. Tanah Padas
Tanah padas adalah tanah yang amat padat, karena mineral di dalamnya dikeluarkan oleh air yang terdapat di lapisan tanah sebelah atasnya. Jenis tanah ini terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia.
j. Tanah Terrarosa/Mediteran
Tanah terrarosa adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan kapur. Tanah ini banyak terdapat di dasar dolina –dolina dan merupakan tanah pertanian yang subur di daerah batu kapur. Tanah itu banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Sumatra.
Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di daerah beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian di bawah 400 m.
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi.
Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi karst dan lereng vulkan, ketinggian di bawah 400 m.
k. Tanah Mergel
Tanah mergel adalah tanah yang terjadi dari campuran batuan kapur, pasirdan tanah liat. Pembentukan tanah mergel dipengaruhi oleh hujan yang tidak merata sepanjang tahun. Tanah mergel termasuk jenis tanah yang subur dan banyak terdapat di lereng pegunungan dan dataran rendah, misalnya Solo (JawaTengah), Madiun, dan Kediri (Jawa Timur).
l. Tanah Regosol
Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api.Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
m. Hidromorf Kelabu
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, dan warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam (pH 4.5-6.0), kandungan bahan organik.
Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari 0.5 meter akibat dari profil tanah selalu jenuh air. Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub humid, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun.
n. Tanah sawah (Paddy soil)
Tanah sawah ini diartikan tanah yang karena sudah lama (ratusan tahun) dipersawahkan memperlihatkan perkembangan profil khas, yang menyimpang dari tanah aslinya. Penyimpangan antara lain berupa terbentuknya lapisan bajak yang hampir kedap air disebut padas olah, sedalam 10 -15 cm dari muka tanah dan setebal 2-5 cm.
Di bawah lapisan bajak tersebut umumnya terdapat lapisan mangan dan besi, tebalnya bervariasi tergantung pada permeabilitas tanah. Lapisan tersebut dapat merupakan lapisan padas yang tak tembus perakaran, terutama bagi tanaman semusim. Lapisan bajak tersebut nampak jelas pada tanah latosol, mediteran dan regosol, samara –samara pada tanah aluvial dan grumosol.
3. Proses pembentukan tanah di Indonesia
Dalam waktu lebih dari 3350 juta tahun, tubuh bumi telah mengalami berbagai perkembangan dan perubahan, seperti terbentuk dan lenyapnya pegunungan atau gunung –gunung api, merosot dan munculnya daratan –daratan di samudra –samudra, serta naik dan turunnya air laut.
Peran cuaca, angin, air, dan es yang bergerak telah mengikis permukaan bumi, dan mengangkut serta menumpuk atau mengumpulkan hasil –hasil perusakan tersebut di daerah –daerah lain. Pendek kata, permukaan bumi iniselalu berubah –ubah sejak dahulu hingga sekarang.
Perubahan –perubahan tersebut terjadi karena bumi selalu dipengaruhi oleh gaya –gaya yang disebut gaya geologis. Gaya geologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Gaya endogen, yaitu gaya –gaya yang berasal dari dalam bumi, misalnya, gaya –gaya gunung api (vulkanisme), gaya gempa bumi, dan gaya –gaya pembentuk pegunungan karena pergerakan lempeng (tektonisme). Pada umumnya, gaya –gaya ini bersifat membangun atau konstruktif (memperbesar atau membentuk relief –relief).
b. Gaya eksogen, yaitu gaya –gaya (kekuatan –kekuatan) yang berasal dari luar bumi, misalnya, cuaca, angin, air, dan es yang mengalir. Gaya –gaya ini pada umumnya bersifat merusak (destruktif) apa yang telah dibangun oleh gaya endogen.
Pengerjaan air dapat kita lihat pada gejala erosi (pengikisan dan penorehan bahan –bahan yang disebabkan oleh gaya dari air) dan denudasi (pengangkutan bahan –bahan hasil perusakan menuju tempat –tempat yang rendah).
Akibat pelapukan oleh cuaca, erosi, dan denudasi maka gunung –gunung yang tinggi akan semakin rendah, jurang, atau laut –laut yang dalam akan semakin dangkal hingga akhirnya semakin ratalah relief suatu daerah dan terjadilah peneplain.
Orogenese (pembentukan gunung –gunung) selalu diikuti oleh glyptogenese (pengikisan –pengikisan). Pengikisan –pengikisan ini mengakibatkan terjadinya litogenese (pengendapan –pengendapan).
Ketiga peristiwa ini selalu terjadi berturut –turut dan berulang –ulang sehingga permukaan bumi selalu mengalami perubahan. Peristiwa yang berurutan ini disebut siklus atau daur geologi.
Tanah merupakan bagian dari lahan. Sebagai tempat tumbuhnya tanaman, tanah banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan tersebut tergantung pada ciri dan sifat tanah. Tanah terjadi dari batuan induk, berubah menjadi bahan induk tanah, dan berangsur –angsur menjadi lapisan tanah bawah, yang akhirnya terbentuk tanah atas dalam waktu lama.
Faktor pembentuk tanah sebagai berikut.
a. Bagan Induk
Bahan induk akan membentuk tanah berasal dari bahan anorganik yang terdiri batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf yang telah dibahas di muka. Bahan organik berasal dari hewan dan tumbuh –tumbuhan yang membusuk.
b. Iklim
Unsur iklim berupa suhu dan curah hujan. Suhu udara memengaruhi amplitudo suhu pada siang dan malam, sedangkan curah hujan, yaitu intensitas dan jumlah hujan merupakan tenaga yang memperkuat erosi berpengaruh dalam pembentukan tanah.
c. Relief atau topografi
Relief yang tidak rata berpengaruh terhadap ketebalan tanah. Tanah pada daerah yang datar lebih tebal (karena proses sedimentasi) daripada di daerah yang miring.
d. Organisme
Organisme beberapa hewan dan tumbuhan yang bermanfaat dalam proses pelapukan maupun pembentukan humus.
e. Waktu
Tanah merupakan benda –benda alam yang terus –menerus berubah akibat pencucian dan pelapukan sehingga tanah semakin tua dan menjadi tandus. Oleh karena proses pembentukan tanah terus berlanjut maka bahan induk tanah berubah berturut –turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
4. Kesuburan Tanah di Indonesia
Jenis tanah akan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Tanah yang subur apabila ditanami tanaman pertanian akan menghasilkan produksi yang besar, sebaliknya tanah yang tandus akan sulit untuk ditanami.
Pengaturan air (drainase) suatu lahan juga berpengaruh terhadap kondisi kesuburan tanah, jika pengaturan airnya jelek, maka tingkat kesuburannya akan rendah. Ciri –ciri tanah subur adalah sebagai berikut.
1. Struktur tanahnya bagus, yaitu butir –butir tanahnya renggang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
2. Tanah mempunyai air dalam jumlah yang banyak dan berfungsi untuk melarutkan garam –garaman.
3. Tanah mempunyai garam –garaman dalam jumlah banyak sebagai bahan makanan tumbuh –tumbuhan.
Ciri-ciri yang kurang subur antara lain sebagai berikut.
1. Struktur tanahnya kurang baik.
2. Air yang ada di dalam tanah jumlahnya sedikit.
Dilihat dari tingkat kesuburannya tanah dibedakan sebagai berikut.
1. Tanah muda, yaitu tanah dengan kandungan zat makanan yang belum banyak sehingga tingkat kesuburannya masih relatif rendah.
2. Tanah dewasa, yaitu tanah dengan kandungan zat makanan sangat banyak sehingga tanah ini sangat subur. Tanah inilah yang sangat baik untuk pertanian
3. Tanah tua, yaitu tanah dengan kandungan zat makanan yang sudah mulai berkurang, sehingga tingkat kesuburannya juga mulai berkurang.
4. Tanah sangat tua, yaitu tanah dengan kandungan zat makanan sangat sedikit bahkan hampir habis, sehingga ada yang menyebut jenis tanah ini sebagai tanah yang mati. Tanah ini sangat tidak subur.
Tanah pertanian yang subur sangat diperlukan oleh penduduk, terutama para petani. Kesuburan tanah perlu ditingkatkan dan dilestarikan. Beberapa usaha untuk melestarikan kesuburan tanah, antara lain:
1. Pemupukan yang tepat dan terus –menerus terutama dengan pemakaian pupuk alami,
2. Sistem irigasi yang baik,
3. Penghutanan lereng –lereng yang gundul dan penghutanan kembali daerah yang telah gundul (reboisasi), dan
4. Mengelola tanah miring dengan cara yang tepat.