Cuaca & Iklim : Kondisi (Suhu dan Curah Hujan), Kaitan antar Cuaca & Iklim, serta Pengaruhnya Bagi Kehidupan
Daftar Materi Geografi
A. Kondisi Iklim Indonesia
Secara umum, Indonesia berada pada zone iklim tropis karena posisi lintangnya yang terletak antara 6°LU–11°LS. Namun karena adanya berbagai faktor geografis, pola iklim negara Indonesia memiliki karakteristik tersendiri. Beberapa faktor yang mem pengaruhi pola iklim Indonesia antara lain sebagai berikut.
1. Letak wilayah Indonesia di sekitar ekuator mengakibatkan rata –rata suhu tahunan senantiasa tinggi (suhu bulan terdingin masih di atas 18°C), karena penyinaran Matahari senantiasa tegak.
2. Letak kepulauan Indonesia di sekitar ekuator mengakibatkan sebagian besar wilayahnya berada pada kawasan angin tenang (doldrum) sehingga terbebas dari bencana akibat badai tropis (siklon).
3. Bentuk wilayah Indonesia berupa kepulauan yang dikelilingi laut mengakibatkan rata –rata kelembapan udara tinggi, bahkan pada musim kemaraupun kelembapan relatifnya masih di atas 70%–80%.
4. Posisi negara Indonesia yang diapit oleh samudra dan benua mengakibatkan pola iklim Indonesia dipengaruhi sirkulasi angin muson yang berembus dari benua Asia atau Australia.
1. Pola Suhu Indonesia
Kondisi suhu udara di atas kepulauan Indonesia senantiasa berkisar sepanjang tahun rata –rata di atas 18°C. Suhu udara harian biasanya mencapai puncaknya sekitar pukul 14.00–15.00, sedangkan suhu terendah biasanya sekitar pukul 05.00–06.00. Selain itu, rata –rata suhu harian dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian.
2. Pola Curah Hujan Indonesia
Curah hujan di wilayah Indonesia berbeda –beda di berbagai tempat. Terdapat daerah –daerah yang memiliki curah hujan sangat tinggi, namun ada pula yang relatif rendah. Secara umum, rata –rata curah hujan kawasan Indonesia bagian barat lebih tinggi dibanding kan dengan bagian tengah dan timur.
Pola hujan di Indonesia bagian timur
Oleh karena posisi lintang Indonesia terletak di sekitar ekuator, pola curah hujan di atas wilayah Indonesia dipengaruhi oleh pergeseran Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT). Bulan –bulan yang memiliki curah hujan terbanyak biasanya sesuai dengan posisi DKAT. Sebagai contoh, wilayah Pulau Jawa dilalui oleh garis DKAT sekitar Januari dan Februari.
Pada bulan –bulan inilah curah hujan Pulau Jawa mencapai titik tertinggi. Adapun pengaruh DKAT adalah di wilayah tersebut massa udara naik secara vertikal ke atmosfer sehingga banyak membentuk awan dan mengakibatkan turunnya hujan zenithal atau hujan konveksional.
Pola umum curah hujan di Kepulauan Indonesia dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Pantai barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada pantai timur.
2. Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT merupakan barisan pulau –pulau yang panjang dan berderet dari barat ke timur. Pulau –pulau ini hanya diselingi oleh selat –selat yang sempit, sehingga untuk kepulauan ini secara keseluruhan tampak seolah –olah satu pulau, sehingga berlaku juga dalil bahwa disebelah timur, curah hujan lebih kecil kalau dibandingkan dengan sebelah barat. Sebelah barat dari jejeran pulau ini adalah pantai barat Jawa Barat.
3. Selain bertambah jumlahnya dari timur ke barat, hujan juga bertambah jumlahnya dari dataran rendah ke pegunungan, dengan jumlah terbesar pada ketinggian 600 - 900 m.
4. Di daerah pedalaman semua pulau, musim hujan jatuh pada musim pancaroba, demikian juga halnya di daerah –daerah rawa yang besar –besar.
5. Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.
6. Saat mulai turunnya hujan juga bergeser dari barat ke timur. Pantai barat Pulau Sumatera sampai Bengkulu, mendapat hujan terbanyak bulan November. Lampung, Bangka, yang letaknya sedikit ke timur, pada bulan Desember, sedangkan Jawa (utara), Bali, NTB, NTT pada bulan Januari –Februari, yang letaknya lebih ke timur lagi.
7. Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah mempunyai musim hujan yang berbeda, yaitu Mei –Juni. Justru pada waktu bagian lain Kepulauan Indonesia ada pada musim kering. Batas wilayah hujan Indonesia Timur kira –kira terdapat pada 120oBT.
Curah hujan di Indonesia tergolong tinggi yaitu lebih dari 2000 mm/tahun. Akan tetapi, seperti telah disebutkan di muka bahwa antara tempat yang satu dengan tempat yang lain curah hujannya tidak sama.
Daerah yang paling besar curah hujannya adalah daerah Baturaden di lereng Gunung Slamet, dengan curah hujan sekitar 7069 mm/tahun. Sebaliknya kota Palu di SulawesiTengah, merupakan daerah paling kering, dengan curah hujan sekitar 547 mm/tahun.
Pola tipe hujan di Indonesia
Keterangan :
A = Daerah dengan dua musim (musim hujan dan musim kemarau), curah hujan bulan Juli terendah
B = Daerah dengan 2 puncak curah hujan
C = Daerah dengan dua musim (musim hujan dan musim kemarau), curah hujan bulan Juli tertinggi
Di tiap provinsi, Jawatan Meteorologi Geofisika menyebarkan tempat –tempat penelitian dan pencatatan unsur dan gejala cuaca harian rata –rata menjadi cuaca bulanan rata –rata sehingga setiap tahunnya diperoleh cuaca rata –rata tahunan.
Berikut ini adalah tabel curah hujan rata –rata tahunan di Provinsi Jawa Barat (termasuk DKI Jakarta), Jawa Tengah (DI Yogyakarta), dan Jawa Timur (masing –masing di 10 tempat penelitian).
Tabel Curah Hujan Rata –Rata Tahunan di Provinsi Jawa Barat, (DKI Jakarta), Jawa Tengah (DI Yogyakarta), dan Jawa Timur
Provinsi | Jumlah Tempat Penelitian | Curah Hujan Rata –rata Tahunan |
1. Jawa Barat & DKI Jakarta | 10 | 36.251 /10 = 3.625,1 mm |
2. Jawa Tengah & Yogyakarta | 10 | 29.275 /10 = 2.927,5 mm |
3. Jawa Timur | 10 | 17.132 /10 = 1.713,2 mm |
Curah hujan rata –rata dari 10 tempat penelitian cuaca di masing –masing tiga wilayah pada tabel di atas, persebarannya dipetakan seperti berikut ini.
B. Pengaruh Cuaca dan Iklim bagi Kehidupan
Cuaca dan iklim merupakan salah satu faktor alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pengetahuan tentang pola musim, curah hujan, dan gerakan angin misalnya dapat dimanfaatkan bagi sektor pertanian, perkebunan, dan transportasi. Selain itu pengetahuan tentang karakteristik atmosfer dapat kita manfaatkan untuk pemantulan gelombang radio.
1. Pemanfaatan Cuaca dan Iklim dalam Bidang Pertanian
Bagi Indonesia yang sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris, karakter iklim seperti curah hujan, suhu, dan musim sangat mempengaruhi pola kehidupannya. Pada zaman dahulu ketika pengetahuan cuaca dan iklim belum berkembang, nenek moyang kita sudah memanfaatkan datangnya musim bagi pola tanam.
Mereka berpendapat bahwa bulan –bulan yang berakhiran kata ber (September, Oktober, November, dan Desember) merupakan musim hujan. Pada musim hujan, para petani mulai turun ke sawah dan ladang untuk mengolah lahan.
Melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian, faktor –faktor iklim benar –benar dijadikan salah satu pertimbangan dalam penentuan kecocokan jenis tanaman yang akan dibudidayakan di suatu tempat.
Misalnya, tanaman padi sangat cocok jika dibudidayakan di daerah dataran rendah yang beriklim panas, sedangkan perkebunan hortikultur sangat baik dikembangkan di dataran tinggi yang suhunya relatif sejuk. Para nelayan tradisional sering kali memanfaatkan pola angin dan musim pada aktivitas mencari ikan.
Sebagai contoh, pada zaman dulu para nelayan memanfaatkan angin darat dan angin laut untuk pergi dan pulang menangkap ikan di laut. Selain itu, para nelayan jarang mencari ikan pada periode berembusnya angin barat, karena sering terjadi angin ribut dan disertai hujan lebat.
2. Pemanfaatan Cuaca dan Iklim dalam Bidang Komunikasi
Salah satu lapisan atmosfer Bumi adalah ionosfer yang memiliki kemampuan memantulkan gelombang radio. Sifat fisik lapisan ini dimanfaatkan manusia dalam bidang komunikasi untuk penyiaran radio, sehingga arus informasi dapat dengan mudah dan cepat diterima oleh masyarakat.
Melalui kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang atmosfer dan sistem komunikasi, saat ini negara kita telah memiliki satelit komunikasi PALAPA yang ditempatkan di atmosfer pada lokasi geostasioner dengan ketinggian sekitar 36.000 km di atas muka Bumi.
3. Pemanfaatan Cuaca dan Iklim dalam Bidang Transportasi
Dalam bidang transportasi, faktor –faktor cuaca seperti pola angin dan curah hujan sangat mempengaruhi kelancaran jalur transportasi, baik transportasi laut maupun udara. Sebagai contoh jalur pelayaran akan sangat terganggu jika terjadi angin ribut atau badai yang disertai hujan lebat.
Demikian pula dalam sistem transportasi udara. Oleh karena itu, setiap hari televisi senantiasa menginformasikan prakiraan cuaca.
4. Pemanfaatan Cuaca di Bidang Industri
Pada industri tradisional banyak yang masih bergantung pada kondisi cuaca. Industri itu umumnya yang membutuhkan panas Matahari, antara lain industri genteng, batu bata, dan kerupuk. Cuaca juga mempengaruhi aktivitas penduduk sehari –hari.
5. Bidang Pariwisata
Indonesia yang beriklim tropis memiliki beraneka ragam flora dan fauna. Keanekaragaman tersebut banyak mengundang wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing yang ingin menikmatinya.
C. Kaitan antara Cuaca dan Iklim terhadap Kehidupan
Cuaca dan iklim merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Penduduk yang bertempat tinggal di daerah dingin, mempunyai pola kehidupan yang berbeda dengan penduduk yang bertempat tinggal di daerah gurun pasir, mulai dari makanan, minuman, pakaian, mata pencaharian, bentuk rumah, dan sebagainya.
Keadaan cuaca dan iklim juga akan berpengaruh terhadap dunia binatang dan dunia tumbuhan. Binatang –binatang yang terdapat di daerah dingin umumnya berbulu tebal dan anggota tubuhnya pendek, hal ini merupakan adaptasi binatang untuk menghadapi keadaan cuaca yang dingin. Binatang yang hidup di daerah panas bulunya tidak tebal, dengan anggota tubuh panjang dan telinganya agak lebar.